Monday, March 14, 2011

Bus Terowongan (Investasi)

Investor China siap menanamkan investasi bus-terowongan di Jakarta. Ini berbeda dengan proyek mass rapid transit (MRT) dimana pendanaannya diperoleh melalui pinjaman pemerintah Jepang.

Untuk membangun MRT rute Lebak Bulus-Bundaran HI biaya yang akan dikeluarkan mencapai 144,322 miliar yen atau sekitar Rp15 triliun. Dana itu berasal dari Japan International Coorporation Agency (JICA) dengan porsi pinjaman sebesar 120,017 miliar yen dengan bunga sebesar 0,2%  per tahun dan dari APBN dan APBD sebesar 24,305 miliar yen.

Leo Kusuma, Komisaris PT Alpha Beta Gamma, perusahaan yang memegang lisensi bus jenis ini dari China mengatakan, dengan sistem investasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak perlu membayar pinjaman beserta bunganya. "Jadi risiko kerugian sepenuhnya ditanggung investor," kata Leo.

Leo mengatakan, DKI hanya tinggal memberikan izin kepada investor untuk membangun moda angkutan massal ini. "Sudah ada investor China yang mau. Dan perhitungan kami investasinya hanya 10 persen dari proyek MRT," katanya.

Shenzhen Huashi Future, perusahaan dari China pencipta moda transportasi ini menyebutkan, pembangunan infrastruktur bus memakan biayanya hanya 500 juta yuan atau US$73 juta dan jika dirupiahkan hanya Rp675 miliar dengan kurs Rp9.000.

Kata Leo, pengembalian investasi bus-terowongan ini lebih cepat ketimbang MRT. "Karena biayanya cukup murah, taksiran kami lima tahun kembali, saya kira MRT lebih lama dari ini," katanya kepada VIVAnews.com.

Selain itu, untuk pembangunannya bus terowongan akan lebih cepat. Dia memperkirakan untuk membangun jalur sepanjang 20 kilometer hanya butuh satu tahun. "Ini berbeda dengan MRT yang untuk membangun 15 kilometer butuh waktu 4 tahun," ujarnya.

Leo mengatakan, bus terowongan cocok dibangun di tol dalam kota. "Naik turunnya penumpang bisa langsung dari jalur non tol," katanya.

DKI Jakarta tak ingin gegabah menerapkan sistem ini karena belum pernah ada moda transportasi massal jenis ini. "Prinsip kami, kalau mau menerapkan teknologi harus yang sudah teruji, misalnya kereta api. Tidak bisa sesuatu yang baru diuji langsung diadopsi begitu saja," ujar Asisten Bidang Perekonomian Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Hasan Basri Saleh.


Kata Hasan, sebagai salah satu negara termacet di dunia, China saat ini tengah mengembangkan konsep bus-mengangkang sebagai salah satu solusinya. DKI akan melihat dulu pelaksanannya di China, sebelum mengambil keputusan.• VIVAnews


Informasi Lainnya : 

No comments:

Post a Comment