Wednesday, April 6, 2011

Pernyataan Menbudpar Jero Wacik mengenai Film Nasional dan Impor

Peringatan Hari Film Nasional ke-61 tahun ini merupakan momentum bagi semua bangsa Indonesia untuk berpihak terhadap film Indonesia. Sepanjang catatan sejarah, film Indonesia dibayangi oleh dominasi film impor. Situasi ini terus berlanjut hingga saat ini, bahkan dalam beberapa tahun terakhir ketika industri perfilman Indonesia mulai membaik, keberadaan film impor tetap  dominan.


Kondisi ini nyaris serupa dengan apa yang pernah terjadi pada Era 1950-an. Pada saat itu Tokoh Perfilman H. Usmar Ismail melakukan protes di salah satu gedung bioskop yang lebih mengutamakan pertunjukkan film impor. Peristiwa perbedaan perlakuan antara film nasional dengan film impor merupakan pengulangan sejarah, untuk itu diperlukan goodwill keberpihakan terhadap film Indonesia. Beberapa tokoh perfilman dan pelaku perfilman dalam beberapa kali pertemuan mengharapkan peran aktif Pemerintah menghadapai permasalahan ini. Untuk itu pada tahun-tahun mendatang Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata sebagai institusi yang membidangi perfilman akan membuat berbagai aturan yang lebih berpihak pada perfilman nasional.


Beberapa kebijakan tentang hal ini telah dirancang menyusul disyahkannya UU Nomor 33 Tentang Perfilman. “Diharapkan dalam waktu dekat ini sudah selesai Peraturan Pemerintah dan ketentuan operasionalisasi UU tersebut, sehingga akan lengkap aturan yang diperllukan,” Ujar Menteri Kebudayaan dan Pariwisata saat memperingati Haari Film Nasional ke-61 tanggal 30 Maret lalu.


Dalam lima tahun terakhir keberadaan film impor sangat dominan. Tercatat pada tahun 2007 jumlah produksi film Indonesia hanya mencapai 53 judul, sementara film impor yang beredar di tanah air sebanyak 207 judul. Penurunan impor film memang sedikit terjadi pada tahun 2008 yakni 180 judul, pada saat itu  jumlah produksi film nasional mencapai puncaknya sebanyak 87 judul. Namun pada akhir tahun 2010 lalu jumlah impor film ini sangat dominan yakni 187 judul, sedangkan film produksi film nasional bertahan di angka 77 judul.

Dukung Produksi


Saat iini sudah ada tanda-tanda niat baik dari importir film untuk menyelesaikan permasalahan peredaran di Indonesia. Menbudpar Jero Wacik berkeyakinan bahwa dalam waktu dekat semua permasalahan akan selesai. Potensi penonton film di Indonesia sangat luar biasa, rugi rasanya  untuk diabaikan begitu saja. Satu judul film impor yang dipertunjukan dapat mencapai  3 – 4 juta penonton. Jumlah ini tentu sangat menggiurkan. Sayangnya peluang kekosongan film dari Amerika ini tidak dapat dimanfaatkan oleh film nasional. “Perolehan jumlah penonton film Indonesia yang beredar dalam tiga bulan terakhir tidak lebih dari 300 ribu penonton,” tambahnya.


Diakui bahwa salah satu penyebab rendahnya apresiasi masyarakat atas film Indonesia adalah kualitas produksi yang masih jauh dari yang diharapkan.  Umumnya film-film yang dihasilkan dalam tiga bulan terakhir ini masih berorientasi pada produk asal jadi.  Hingga akhir bulan Maret ini tercatat dari 31 judul yang terdaftar 17 judul diantaranya film  horor yang dikemas dengan bumbu sex. Selebihnya film yang bergenre drama remaja dan drama komedi.


Film anak-anak dan yang bercerita tentang semangat kepahlawanan seakan terlupakan. Padahal film-film dengan tema anak dan patriotisme ini angat diperlukan dalam membangun karakter bangsa. Untuk itu Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata dalam tahun ini akan mendukung pembuatan film dengan jenis ini. Pada tahap awal, seleksi atas cerita akan dilakukan dengan menyelenggarakan “Lomba Penulisan Cerita Film Tentang Anak-Anak dan Kepahlawanan”. Lomba ini terbuka untuk umum dan akan dipilih 10 pemenang. “Naskah Pemenang lomba ini akan divisualisasikan ke dalam film layar lebar,” ujar Jero Wacik.


Menbudpar tetap optimis jika hingga akhir tahun ini jumlah produksi film nasional akan mencapai lebih 100 judul. Jumlah ini juga akan sejalan dengan peningkatan kualitas produksi. Menteri yang murah senyum ini tetap berkeyakinan bahwa diantara produser film yang ada masih terdapat produser idealis yang memiliki prinsip bukan hanya mencari keuntungan belaka..

Promosi Internasional


Sepanjang tahun 2011 Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata memfasilitasi pelaku perfilman Indonesia untuk berpartisipasi pada berbagai festival film internasional dan pasar film dunia. Upaya ini diupayakan dengan merangkul Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI) dan anggotanya untuk mempromosikan hasik karya film nasional  pada skala yang lebih luas di kancah regional dan internasional.

Sepekan lalu Indonesia berpartisipasi pada Hongkong Film Mart dari tanggal 21-24 Maret lalu. Pada kesempatan tersebut Indonesia membuka booth khusus dan memamerkan 30 film layar lebar dan 5 film animasi. “Berdasarkan laporan PPFI, animo pengunjung yang datang ke booth Indonesia cukup banyak bahkan diantaranya telah melakukan transaksi dengan produser Indonesia,” ucap Jero Wacik.


Pada bulan Mei mendatang Indonesia akan berpartisipasi pada Festival Film Cannes dan pasar Film Cannes. Di tempat yang sama di bulan Oktober pameran karya industri film televisi juga akan pada event Mifcom. Kedua pameran yang ada di Perancis Selatan ini diharapkan dapat mendorong gerak laju industri film layar lebar dan film televisi Indonesia..

Secara khusus pada bulan April hingga Nopember mendatang Indonesia mendapat kepercayaan menyelenggarakan Asean Film Festival (AFF) di Jakarta. Kegiatan ini merupakan festival yang pertama diselenggarakan dan akan dilakukan secara bergilir oleh negara-negara Asean.


Sementara itu Festival Film Indonesia (FFI) tidak sendirian lagi, tidak lama berselang akan diselenggarakan kembali Festival Sinetron Indonesia (FSI). Penyelenggaraan FSI ini merupakan realisasi dari keinginan  pelaku perfilman dan masyarakat pertelevisian agar karya sinetron memperoleh tempat yang lebih luas untuk diapresiasi masyarakat.


Pada bagian lain, Menteri Kebudayaan dan pariwisata juga mengungkapkan bahwa promosi pariwisata melalui film yang dibuat oleh tim asing sangat efektif. Hal ini terbukti dari dampak ikutan yang didapat pada pembuatan film “Eat,Pray,Love” yang dibintangi oleh Julia Robert sangat luar biasa. “Melalui film ini Bali semakin terkenal di seluruh dunia bahkan salah seorang pemeran dalam film ini dicari banyak turis untuk diminta ramalannya,” ucap Menteri sambil tertawa.


Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film  Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, saat ini kegiatan pembuatan film dengan setting keindahan alam Indonesia tengah dilakukan oleh Tim Kohlanta di kepulauan Raja Ampat Papua. Film tentang permainan dan petualangan ini mengerahkan hampir 100 karyawan film dari berbagai negara dan akan ditayangkan oleh ratusan channel televisi di seluruh dunia.


Selain kedua tim yang telah melakukan syuting di Indonesia tersebut, beberapa tim lainnya juga telah mengajukan permohonan syuting yakni Jepang dan Jerman. Sayangnya Jepang tengah mengalami musibah gempa dan sunami, padahal permohonan izin syuting di bulan ini telah lama diajukan. Salah satu tim yang dapat dipastikan akan syuting di Indonesia adalah Tim Pholypon asal Jerman. Menurut rencana tim dengan karyawan lebiih dari 30 orang ini akan melakukan syuting di propinsi Bali dan sekitarnya untuk acara mengenai  reality show berupa permainan dan tantangan  dari tanggal 5-12 April mendatang. (*)

Sharing dari : kineklubindonesia.or.id

No comments:

Post a Comment