Thursday, April 21, 2011

Daripada Mogok Mendingan Diliburkan Saja

Kita Di Indonesia umumnya tidak akrab dengan Hari Buruh Internasional atau biasa disebut May Day yang dirayakan para pekerja di dunia setiap 1 Mei. Penyebabnya, selama masa Orde Baru, Hari Buruh sering dianggap identik dengan ideologi sosialisme dan komunisme yang dibawa Partai Komunis Indonesia (PKI). Benarkah begitu ?

Peringatan Hari Buruh sebenarnya berawal dari kesadaran kelas pekerja atas hak ekonomi dan politik mereka, seiring era industrialisasi pada abad ke-19. Isu paling mengemuka saat itu adalah upah dan jam kerja, yang dipelopori para pekerja di Eropa lalu menjalar ke Amerika Utara. Pekerja di sektor industri saat itu umumnya bekerja hampir 20 jam sehari dengan upah minimum.


Kaum pekerja di Amerika Utara mulai unjuk gigi lewat aksi mogok, 1872, dipelopori Peter J. McGuire, seorang operator mesin dari Paterson, New Jersey. Peter juga berdialog dengan pemerintah untuk menyediakan uang lembur dan pengadaan kesempatan kerja bagi pengangguran. Tentu dia dianggap pengacau masyarakat oleh pemerintah dan dimusuhi pemilik modal.

Peter juga yang lalu mengorganisasikan para tukang kayu hingga terbentuk United Brotherhood of Carpenters and Joiners of America, salah satu serikat pekerja terbesar bahkan sampai sekarang. Sejak itu pekerja di Amerika Serikat kemudian mulai berorganisasi menurut keahlian mereka. Mereka juga menuntut hari khusus pekerja pada setiap Senin pertama pada bulan September.

Namun parade peringatan Hari Buruh pertama kali bukan diadakan Senin, tapi Selasa, 5 September 1882, diikuti 20.000 orang di New York. Isu yang dibawakan adalah : "Delapan jam bekerja, delapan jam istirahat, delapan jam rekreasi". Parade ini kemudian menjadi tradisi yang menyebar ke seluruh Amerika pada tahun-tahun berikutnya.

Tuntutan delapan jam kerja memuncak 1 Mei 1886, saat 400.000 pekerja berdemontrasi dan melakukan mogok kerja. Karena berlarut-larut, pada 4 Mei terjadi bentrokan antara polisi dan demonstran. Tercatat delapan petugas polisi dan empat pekerja meninggal, antara lain akibat tembakan dan sebuah lemparan bom di tengah keributan yang terjadi di lapangan Haymarket. Sejak saat itu, tuntutan libur Hari Buruh (Senin pertama september) berangsur-angsur mulai diterima di banyak negara bagian di AS.

Demonstrasi 1 Mei rupanya memberi semangat baru bagi perjuangan para pekerja di dunia. International Workingmen's Association, sebuah organisasi kaum sosialis, dalam pertemuannya di Paris, Juli 1889, menetapkan tanggal 1 Mei sebagai Hari Buruh, yang antara lain untuk menghormati para martir dalam peristiwa Haymarket. Bendera merah menjadi simbol dari darah kaum kelas pekerja yang tumpah dalam menegakkan hak-hak mereka.

Pertemuan di Paris juga mengeluarkan resolusi agar ditetapkan satu hari tertentu untuk tetap memperjuangkan jam kerja secara resmi sampai delapan jam sehari. Isu itulah yang kemudian dibawa pada peringatan Hari Buruh sejak tanggal 1 Mei 1890. Ketika tuntutan ini akhirnya mulai dipenuhi di banyak negara, Hari Buruh tetap diadakan untuk memperjuangkan hak-hak pekerja lainnya.

Hari Buruh Internasional umumnya diadopsi banyak negara untuk menjadi hari buruh dan merupakan hari libur nasional. Walau ada beberapa negara tidak merayakannya tepat 1 Mei, melainkan Senin pertama bulan Mei, seperti di Kepulauan Karibia, Irlandia, dan beberapa negara bagian di Australia. Tapi ada pula beberapa negara yang punya jadwal sendiri, seperti Jepang (23 November), Selandia Baru (Senin keempat bulan Oktober), atau Indonesia (20 Februari).

"Semoga Info Ini Menjadi Informasi Yang Bermanfaat"

No comments:

Post a Comment