Sunday, April 17, 2011

Predator Yang Kendalikan Wabah Ulat Bulu

Tawon dan semut rangrang, dua jenis predator alami ulat bulu, ditemukan ikut mengendalikan populasi ulat bulu di Banjar Satria, Kelurahan Pendem dan di Banjar Melaya Krajan, Kelurahan Melaya, Kabupaten Jembrana, Bali.

Sedangkan di kompleks SMA Negeri 1 Melaya dan di Banjar Yeh Buah, Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo, upaya pengendalian satwa itu tampak dilakukan secara mekanis tradisional oleh penjaga sekolah dan warga setempat.

Selain di Jembrana, upaya serupa juga dilakukan di tiga titik Kabupaten Gianyar, yakni di Desa Serongga, Tojan dan Belega.
Hasil pengamatan tentang itu disampaikan oleh Tim Pengendali Organisme (OPT) Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali setelah Jumat siang melakukan pengamatan dan pemantauan lapangan perkembangan populasi ulat bulu di Kabupaten Jembrana dan Gianyar.
Pada Jumat (15/4), tim OPT ke Gianyar dipimpin langsung Kadis Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali Ir Made Putra Suryawan, sementara tim ke Jembrana dipimpin Kabid Produksi yang diwakili Kasi Perlindungan Tanaman Ir Putu Oka Darmawan.

Saat pemantauan di Jembrana, tempat pertama yang dituju Tim OPT Bali yang didampingi Tim OPT Jembrana adalah populasi ulat bulu di sebuah pohon kenanga dekat sebuah tempat suci di Banjar Satria Kelurahan Pendem.

Di lokasi tersebut, tim yang sudah ditunggu wartawan langsung mengadakan pengamatan dan melakukan pengambilan contoh ulat bulu. Sampel itu kemudian akan diteliti di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Universitas Udayana.

Ada kejadian unik beberapa saat menjelang pengamatan selesai, tiba-tiba segenap anggota tim dan wartawan serta sejumlah warga masyarakat yang ikut menyaksikan kegiatan itu, dikejutkan oleh kedatangan seekor tawon merah.

Tawon merah langsung menangkap dan memangsa seekor ulat bulu sampai habis dalam hitungan detik.

Sementara ketika melakukan pengamatan di Melaya Krajan, Tim Gabungan Provinsi dan Kabupaten Jembrana ini dibuat bernafas lega karena populasi ulat bulu yang sejak seminggu lalu ditemukan di sebuah pohon jambu air milik Yaimin, kini jumlahnya telah menyusut.

Setelah diamati, tim menemukan bahwa penyebab berkurangnya populasi ulat tersebut berkat adanya predator alami berupa semut rangrang, yang oleh penduduk Bali disebut Semangah.

Sedangkan pengamatan di SMAN 1 Melaya dan di Banjar Yeh Buah-Penyaringan, tim menemukan telah terjadi penurunan populasi ulat bulu karena telah dilakukan tindakan pengendalian mekanis dalam bentuk pembakaran oleh penjaga sekolah dan "krama subak abian" atau anggota kelompok pertanian tradisional setempat.

Meskipun telah berkurang, namun populasi ulat bulu di Banjar Yeh Buah, Kecamatan Mendoyo dinilai masih tinggi, sehingga dapat membahayakan tanaman ekonomis.

Tim menyarankan agar dilakukan upaya pengendalian lanjutan dalam bentuk pembuatan "takik" untuk menginjeksikan zat kimia ke batang pohon yang terserang ulat.

Dari Gianyar diperoleh hasil pengamatan serupa dengan di Jembrana, yakni berkurangnya populasi ulat bulu di sejumlah tanaman disebabkan karena telah dilakukan tindakan mekanis oleh warga.

Kadis Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali Putra Suryawan mengemukakan bahwa pihaknya telah mengintruksikan agar upaya pengendalian ulat bulu dilakukan secara serentak di seluruh Bali.

"Tim OPT Bali tetap melakukan pengamatan dan pemantauan lapangan karena pemprov tidak ingin kecolongan. Kegiatan lapangan ini masih terus dilakukan ke kabupaten/kota lainnya di Bali," katanya.

Ia mengatakan, Sabtu (16/4) pihaknya akan ke Tabanan, Karangasem dan Klungkung. Minggu (17/4) ke Kabupaten Bangli dan Badung. Untuk Kabupaten Buleleng dan Kota Denpasar, pengamatan telah dilakukan secara berkesinambungan sejak kedua daerah itu melaporkan adanya kasus ulat bulu beberapa waktu lalu.
[mediaindonesia]

No comments:

Post a Comment